DAFTAR ISI

Selasa, 04 Januari 2011

penggambaran gerwani sebagai kumpulan pembunuh dan setan

penggambaran gerwani sebagai kumpulan pembunuh dan setan
by stanley

"Melihat mangsanya datang, anggota PR dan Gerwani yang sudah diindoktrinasi dengan kebencian dan kedengkian berteriak-teriak histeris. Sambil menari-nari, mengelilingi para pahlawan revolusi itu, anggota-anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat, BTI, SOBSI dan lain-lain menyanyikan lagu-lagu revolusioner ciptaan komponis-komponis Lekra, antara lain lagu-lagu “Ganyang Kabir”, “Ganyang 3 Setan Kota” ciptaan Soebroto K Atmodjo dan lagu pop yang sedang menjadi top hits pada waktu itu, “Genjer-Genjer”.Untuk memanaskan suasana, banyak di antara anggota PR dan Gerwani itu bahkan menari … tanpa busana. Itulah apa yang mereka namakan “pesta harum bunga”. Pesta harum bunga seperti ini memang sudah beberapa malam mereka lakukan dalam rangka mengakhiri masa latihan. Pada saat-saat itu batas-batas moral dianggap tidak ada lagi. Hubungan secs secara liar di antara para anggota PR dan Gerwani memang sengaja dibiarkan oleh pimpinan latihan kemiliteran, untuk memberi semangat. Seorang dokter bersama dokter Ceropeboka telah memberikan suntikansuntikan yang diduga berisi obat perangsang.Anggota-anggota PR, Gerwani dan anggota-anggota ormas PKI lainnya yang sudah kemasukan setan itu kemudian diperintahkan untuk menyiksa para tawanan tersebut, sebelum diselesaikan. Nyonya Jamilah yang baru berumur 17 tahu itu mengisahkan bahwa mula-mula sukarelawan-sukarelawan memukuli para korbvan yang berteriak-teriak kesakitan.sukarelawati-sukarelawati Gerwani dan PR beraksi. Mereka yang sudah kehilangan sifat-sifat kemanusiaannya itu menusuknusukkan pisau ke tubuh para korban. Bahkan para korban yang
sudah tak berpakaian itu dipotong kemaluannya dengan silet dan dimasukkan ke mulut. Ada 100 orang lebih sukarelawati yang melakukan penyiksaan di luar batas kemanusiaan itu sebelum
para korban diseret ke tepi sebuah sumur tua"

Berita tersebut dimuat Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha yang kemudian dikutip berbagai suratkabar, dengan sejumlah tambahan seperti mata dicungkil dan lain-lain,

Yang jadi pertanyaan,"betulkah cerita itu sebuah fakta"? Apa bukan sekadar fiksi “ajaib” dari sebuah imajinasi yang hebat? Yang jelas, dari sisi jurnalistik, berita tersebut bukan hanya meragukan, tapi sulit untuk dipertanggungjawabkan...

Download ebook

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More